Jumat, 25 November 2011

Masalah Penciptaan

A.    Allah Melakukan dua kali Penciptaan Alam Semesta?
Beberapa teolog mengemukakan pendapatnya bahwa dalam Kejadian pasal 1-2 telah terjadi dua kali penciptaan. Kejadian 2 sama sekali tidak menyajikan kisah tentang penciptaan, tetapi menunjukkan penyelesaian karya penciptaan Allah yang dikemukakan dalam pasal 1. Tiga ayat pertama dari pasal 2 hanya berisi akhir yang final dan logis dari cerita mengenai pasal 1, dengan memakai kosakata dan gaya yang sama seperti yang digunakan dalam pasal sebelumnya itu. Bagian ini menceritakan akhir dari seluruh karya penciptaan yang pertama dan pengudusan khusus yang dibuat pada hari ketujuh sebgai simbol dan peringatan tentang karua cipta Allah. Kemudian ayat 4 merangkum seluruh rangkaian yang baru saja ditinjau dengan perkataan, demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Setelah menyelesaikan tinjauan menyeluruh tentang pokok tersebut, sang penulis kemudian mengembangkan secara rinci satu aspek penting yang telah disebutkan; yakni penciptaan manusia.
Kenneth Kitchen mengatakan:
“Kejadian 1 menyebutkan penciptaan manusia sebgai hal terakhir dari suatu rangkaian, dan tanpa rincian apapun; sementara dalam kejadian 2 manusia menjadi pusat perhatian dan tentang dia dan latar belakangnya diberikan yang lebih spesifik. Kegagalan untuk mengenali sifat komplementer dari perbedaan persoalan pokok antara sebuat skema garis besar atas seluruh penciptaan di satu sisi, dengan konsentrasi rinci pada menusia dan lingkungannya yang nyata di sisi lain, adalah mirip dengan penggelapan informasi.”[1]
Ketika kita menyelidik bagian selebihnya dari Kejadian 2, kita mengetahui bahwa bagian itu menggambarkan tempat ideal yang disiapkan Allah bagi Adam dan Hawa untuk memulai kehidupan mereka, dengan hidup dalam persekutuan kasih denganNya sebagai anak-anak yang taat dan mau mendengar. Ay 5-6 menggambarkan keadaan mula-mula dari bumi atau darat di kawasan Taman Eden pada umumnya sebelum menjadi hijau bersemi karena sistem pengairan yang disediakan Tuhan. Ay. 7 memperkenalkan Adam sebagai penghuni yang baru saja diciptakan untuk menemnpati Eden. Ay. 8 mencatat bagaimana dia ditempatkan di sana untuk bisa mengamati dan menikmati keindahan dan kekayaan dari tempat di sekelilingnya. Ay. 9-14 menggambarkan berbagai jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang subur didukung oleh air sungai yang melimpah yang mengalir dari Eden ke kawasan-kawasan lebih rendah yang ada diluar batas-batas taman itu. Ay. 15 menunjukkan kegiatan yang menarik dimana Adam ditetapkan sebagai pemelihara dan pengawas dari cagar alam yang luar biasa ini.
Dari pengamatan terhadap lima belas ayat pertama dari pasal 2, menjadi sangat jelas bahwa bagian ini tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah kisah penciptaan yang baru. Bahkan binatang-binatang pun tidak disebut sampai Adam diberi tugas untuk mengamati semua binatang secara teliti agar bisa memberi nama yang cocok untuk masing-masing spesies. Susunan atau struktur dari kejadian 2 sangat berbeda dengan setiap kisah penciptaan yang dikenal oleh studi perbandingan sastra. Pasal ini sama sekali tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah kisah tentang penciptaan manusia sebgai anak Allah yang dibentuk sesuai gambarNya, dihembusi nafas kehidupanNya dan dibawa ke dalam hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan sendiri. Karena itu sangat jelas bahwa Kejadian 1 adalah satu-satunya kisah penciptaan yang terdapat dalam Alkitab dan bahwa Kejadian 1 sudah dianggap sebagai latar belakang dari Kejadian 2.

B.     Satu Pasang atau Tujuh Pasang?
Kejadian 6:19 mengisahkan tentang perintah Allah kepada Nuh, supaya dibawanya satu pasang dari setiap makhluk hidup. Tetapi dalam Kej. 7:2-3, Allah berfirman supaya dibawanya tujuh pasang dari setiap jenis binatang.

Kelihatan aneh jika soal ini perlu dipermasalahkan, sebab alasan untuk memakai angkah tujuh pasang bintang yang tidak haram adalah sangat jelas: binatang-binatang itu akan dipakai sebagai kurban bakaran setelah air bah surut (sebagaimana memang demikian dalam Kejadian 8:20), jelas bahwa andaikata binatang tidak haram yang diselamatkan tidak lebih dari dua ekor untuk masing-masing spesies maka tentu hewan itu sudah punah karena dipakai sebagai kurban di atas mazbah. Tetapi untuk kasus binatang dan burung yang haram satu pasang sudah cukup, sebab hewan-hewan ini tidak akan diperlukan untuk kurban sembelihan.

C.    Apakah peristiwa Air Bah (Kej. 7-8) menimpa seluruh dunia?
Catatan Alkitab dalam Kejadian 7-8 tidak menceritakan bahwa penggenangan itu terjadi secara lokal hanya sebatas Lembah Mesopotamia, tetapi bahwa tingkat permukaan air melebihi puncak dari gunung-gunung yang tertinggi.

Kata menghapuskan (maha; menghancurkan). Kata kerja ini menunjuk kepada suatu gerakan yang menghapuskan atau memusnahkan secata meyeluruh. Tindakan ini dirancang untuk menghancurkan setiap makhluk hidup yang menghalangi. Penghancuran menyeluruh akan dilaksanakan. Tidak ada yang akan dikecualikan.[2]
Air bah (17-22) (mabbul). Kata ini tidak memiliki etimologi ibrani, dan hanya dipakai untuk menunjuk kepada air bah pada zaman Nuh ini saja. Mungkin berasal dari kata Asiria nabalu, “menghancurkan”. Menurut penulis Kitab Kejadian, jelas Allah bertujuan memusnahkan semua makhluk hidup yang telah Ia ciptakan.[3]
Pengetahuan paling dasar tentang hukum alam membawa pada pendapat bahwa air akan menentukan sendiri permukaan. Persoalan bukti geologis sangat sering diperdebatkan oleh para ahli geologi, yaitu berdasarkan pendapat mereka tentang validitas dari catatan Alkitab. Para ahli geologi Kristen menganggap peristiwa air bah telah memicu terjadinya gangguan-gangguan seismik besar yang terbukti pada berbagai bagian bumi di lapisan-lapisan yang berasal dari zaman seniozoikum. Bukti-bukti paling penting tentang keganasan dari peristiwa air bah yang melanda seluruh bumi ini ditemukan dari fakta melimpahnya binatang-binatang zaman Modern atau zaman pleistosen dimana tulang-tulang mereka ditemukan dalam keadaan terpisah pada beberapa celah sempit berisi belulang yang telah digali di berbagai lokasi di Eropa dan Amerika Utara. Rhewingkel menunjukkan bahwa celah-celah sempit ini bahkan ditemukan di bukit-bukit cukup tinggi dan tersebar dimana-mana pada kedalaman antara 140 kaki sampai 300 kaki. Karena tidak ada kerangka yang lengkap, maka tidak keliru untuk menyimpulkan bahwa tidak satu pun dari binatang-binatang ini masuk dalam celah-celah tersebut dalam keadaan hidup, juga binatang itu buka terbawa ke sana oleh arus. Celah-celah itu seperti itu telah ditemukan di Odessa dekat Laut hitam, di pulau Kythera di lepas pantai Peloponnesus, di pulau Malta, dll (1876).[4]
Bukti geologis itu sungguh penting dan berpengaruh, kendatipun jarang disebut oleh ilmuwan-ilmuwan yang menolak keakuratan dari Alkitab. Ini adalah jenis bukti yang pasti bahwa sebuah peristiwa yang singkat namun hebat seperti itu terjadi dalam rentang satu tahun. Selama periode waktu yang singkat seperti itu hanya sedikit sedimentasi yang terbentuk. Satu aspek penting dari kisah Alkitab membuat kisah ini berbeda dengan semua kisah lain tentang air bah yang dapat ditemukan di antara bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa memberi sebutan tersendiri untuk Nuh yang menceritakan bagaimana tokoh yang tidak turut binasa ini selamat dari kebinasaan karena banjir yang melanda seluruh bumi dan kemudian dihadapkan pada tugas untuk beranak cucu mendiami bumi yang telah rusak sesudah airnya surut. Namun, dari semua cerita ini hanya catatan Kitab Kejadian yang menunjukkan kepastian tentang catatan peristiwa atau catatan pelayaran termasuk tanggal permulaan terjadinya air bah atau banjir besar.


[1] Gleason L. Archer. 2004. Encyclopedia of Bible difficulties. Gandum Mas. Malang. 112
                [2] Charles F. Pfeiffer, Everest F. Harrison. 2004. The Wycliffe Bible Commentary. Penerbit Gandum Mas. Malang.
                [3] Ibid,
[4] Gleason L. Archer. 2004. Encyclopedia of Bible difficulties. Gandum Mas. Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar