Senin, 10 Oktober 2011

THE POWER OF CHARACTER


Dewasa ini pelayanan konsultasi penuh dengan konsultan-konsultan. Tidak sedikit dari mereka mengeluhkan pola hidup yang tak tertata dengan baik. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita tidak menyadari bahwa kita diciptakan dengan tujuan yang jauh lebih besar dari prestasi-prestasi yang kita dapatkan. Inilah yang membuat banyak orang bingung oleh karena tidak mampu menemukan tujuan hidupnya. Namun disamping itu, mengapa ada orang yang berhasil memahami tujuan hidupnya. Dibalik itu semua adalah karakter anda yang menentukan.
Istilah karakter sesunguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter, secara etimologi berasal dari bahasa yunani “karasop”, yang berarti, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari. Dalam tradisi yahudi misalnya, para tetua melihat alam, katakanlah laut, sebagai suatu karakter, yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, yang merucut seperti menangkap asap. Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusia, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Mereka memahami karakter seperti lautan, tidak terselami dan tidak dapat diintervensi.
Karakter andalah yang menentukan hidup yang akan anda jalani. Anda berkarakter baik, maka anda akan menjalani kehidupan yang baik, jika karakter anda buru maka bersiaplah menjalani kehidupan yang kurang menyenangkan. Karena karakter memberikan motivasi batiniah untuk melakukan apa yang benar menurut standart perilaku di dalam setiap keadaan. Orang percaya harus memahami hal ini. Kita sebagai umat ketebusan Allah dituntut supaya memiliki karakter seperti Kristus. Dengan pimpinan Roh-Nya kita akan diberi hikmat untuk menanggapi tekanan-tekanan yang muncul dari keadaan yang sukar dan yang kita lakukan ketika kita mengira tidak ada orang yang melihat.



 PENGERTIAN KARAKTER DARI BERBAGAI ASPEK

Istilah karakter sesunguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter, secara etimologi berasal dari bahasa yunani “karasop”, yang berarti, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari. Dalam tradisi yahudi misalnya, para tetua melihat alam, katakanlah laut, sebagai suatu karakter, yaitu sebagai sesuatu yang bebas, tidak dapat dikuasai manusia, yang merucut seperti menangkap asap. Karakter adalah sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusia, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angin yang menyertainya. Mereka memahami karakter seperti lautan, tidak terselami dan tidak dapat diintervensi.
Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas mengatasi keterbatasan kondisinya ini membuat kita tidak serta merta jatuh dalam fatalisme akibat  determinasi alam, ataupun terlalu tinggi optimism seolah kodrat alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang kita miliki. Melalui dua hal ini kita diajak untuk mengenali keterbatasan diri, potensi diri serta kemungkinan-kemungkinan bagi perkembangan kita. Untuk itulah model tipologi yang lebih menekankan penerimaan kondisi natural yang dari sononya tidak cocok. Cara-cara ini hanya salah satu cara dalam memandang dan menilai karakter.
Oelh karena itu, tentang karakter seseorang kita hanya dapat menilai apakah orang itu memiliki karakter kuat atau lemah. Apakah ia lebih terdominasi pada kondisi-kondisi yang telah ada dari sononya atau ia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah ia terima. Apakah given itu lebih kuat dari willed. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sononya. Sedangkan orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Maka, Orang yang berkarakter adalah  seperti seorang yangmembangun dan merancang masa depan sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhan. Sebaliknya ia menguasai, mengembangkannya memperoleh hidup yang berarti.

Berbagai Pendekatan Tentang Karakter

Fenomena karakter tidak hanya bisa dijelaskan lewat pemberian distingtif antara karakter yang kasat mata berupa kumpulan pengalaman berulang-ulang sampai terbentuk sifat kepribadian tertentu ketika karakter dipahami sebagai endapan pengalaman eksistensial manusia berhadapan dengan keterbatasan dirinya. Namun, ada yang mencoba mencari penjelasan tentang karakter seseorang berdasarkan motif pewarisan genetis.
Pendekatan karakter melalui penjelasan yang sifatnya keturunan atau hereditas memberikan penekanan pada determinasi perilaku menurut struktur gtnetis riwayat keluarga. Faktor genetis berupa bawaan sejak lahir dan merupkan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki oleh salah satu dari kedua orangtuanya atau bisa berupa gabungan dari sifat kedua orangtuanya. Sifat anak tak akan jauh dari berbeda dengan orangtuanya.
Proses perkawinan genetic yang sifatnya keturunan ini tidak hanya dipakai untuk menjelaskan karakter seseorang berdasarkan latar belakang sejarah keluarga, namun juga dipakai untuk menjelaskan karakter seseorang dengan memakai paradigm gender. Paradigma gender membedakan seacara khas karakter seseorang melalui jenis kelamin. Pria dan wanita secara karakterisitik berbeda terutama karena alas an gender, berupa struktur kromosom yang memengaruhi perbedaan fisik, perangai, dan pola prilaku tertentu.
Selain perbedaan gender, pewarisan kultur genetis suatu bangsa bisa pula menjadi alas an mengapa suku atau bangsa tertentu memiliki karakter berbeda. Perbedaan ini buka semata-mata terjadi karena perbedaan iklim dan geografis tempat pribadi tersebut hidup, melainkan pola prilaku, sifat, tempramen, perangai bisa memiliki kesamaan yang membedakannya dengan bangsa lain.
Ada yang mencoba mencari penjelasan tentang karakter melalui apa yang disebut dengan polymorphous heredity untuk menjelaskan adanya perbedaan karakter antarbangsa/suku. Pewarisan karakter terhadap suatu generasi bersifat seperti mosaic, terpotong-potong satu sama lain, dan perlu dirankai. Pendekatan ini dipakai untuk menjawa tentang adanya variasi dan divergensi kromosom yang diwariskan secara genetik.
Tentu tidak semua penjelasan di atas memuaskan kita untuk menerangi bagaimana kita memahami karakter dalam diri manusia dengan lebih baik. Pewarisan melalui riwayat keturunan dan perjelasan gender mungkin bisa memengaruhi karakteristik seorang pribadi tetapi pewarisan ini mungkin hanya berlaku dalam lingkup keturunan dalam keluarga.

Karakter Menurut Psikologi

Karakter merupakan pribadi yang tampak lewat tindakan maupun pikiran kita dalam merespon sesuatu. Karakter menurut psikologis mengandung pengertian:
1.      Suatu Kualitas Positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif
2.      Reputasi seseorang
3.      Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian  dengan ciri khusus.
Dari pengertian di atas maka kita dapat menarik simpulan karakter yang bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, yakni Dapat dipercaya (trustworthy) meliputi sifat jujur (honesty) dan integritas (integrity), memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), Bertanggungjawab (responsible), Adil (fair), Kasih sayang (caring) dan warganegara yang baik (good citizen). Semua ini telah dianugerahkan pada setiap orang, hanya saja beberapa orang tidak sadar atau tidak tahu bagaimana harus mengembangkannya.

Karakter Menurut Filosofi

Karakter dipandang dari kacamata filosofi maka kita kan mandapat pengertian bahwa karakter dimulai dengan anugerah Ilahi kepada manusia sebagai makhluk ciptaan mulia. Anugerah ini jika disadari akan menghasilkan jati diri seseorang. Kemudian jati diri yang dibina dengan tekun ke arah yang positif akan menjadi seseorang berkarakter mulia dan dapat mempraktekkan nilai-nilai kehidupan. Proses ini tentunya sangat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
·         Pengembangan anugerah Ilahi menjadi karakter yang mulia ditentukan oleh iman seseorang. Bagaimana imannya, dan beriman kepada siapa. Orang Kristen yang memiliki kepastian keselamatan seharusnya tidak perlu bertanya-tanya bagaimana harus membentuk karakter, karena memiliki Kristus sebagai teladan hidup. Namun, kita sering gagal karena hal yang kedua ini!
·         Hal lain yang mempengaruhi pembentukan karakter adalah lingkungan hidup dimana kita tinggal. Pengaruh yang diberikan lingkungan terbilang cukup besar karena telah terbukti dilapangan. Ingat ayat yang berkata “pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1kor. 15:33), maka sebaliknya pergaulan yang baik akan mengikis karakter karakter kita yang buruk

Karakter Menurut Kehidupan Sosial

Bagaimana kita memahami karakter jika dikaitkan dengan kehidupan sosial? Tentu pemahaman tentang karakter dipandang dari segi apapun tidak jauh perbedaannya. Pengertian karakter ditinjau dari segi sosial dapat didefinisikan sebagai berikut:  Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika.  Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Karakter memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sebagai makhluk social. Sebab kita hidup tidak sendiri dan memang tidak mampu hidup sendiri. Oleh karena itu karakter kita mempengaruhi kehidupan bersosial. Maka, kita membutuhkan karakter berikut untuk hidup bermasyarakat yang lebih baik, antara lain ramah penuh kebaikan berbelas kasihan, sopan
dan layak tuk dipercaya.


PANDANGAN ALKITAB TENTANG KARAKTER

Karakter Manusia Pra-Dosa

Kita tahu bahwa Allah menciptakan manusia dimulai dengan perencanaan. Berbeda dengan ciptaan lain yang dengan seketika langsung jadi setelah Allah berfirman. Apakah arti semuanya itu? Ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan bukan tanpa tujuan, tetapi sebaliknya Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang agung dan mulia. Manusia pertama, yaitu Adam diciptakan kudus adanya. Manusia memiliki karakter yang dimiliki Allah karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah menciptakan manusia dengan berkarakter tinggi, artinya semua karakter yang baik ada dalam diri manusia. Namun, semuanya itu hilang ketika manusia memilih untuk tidak taat kepada Allah.

Karakter Manusia Pasca Dosa

Manusia yang telah kehilangan karakter Allah, kini bersandar pada dirinya sendiri. Ketidaktaatann menjadikan manusia kehilangan panutannya. Manusia terkutuk oleh karena kelalaiannya. Alkitab menceritakan bagaimana anjloknya kerohanian manusia yang membuatnya semakin jauh dari Allah..Kebobrokan manusia telah mendukakan Allah, manusia telah lupa akan penciptanya. Karakter yang tidak lagi menjunjung tinggi kemuliaan, akan berujung kepada maut. Tetapi Allah kita adalah Allah yang setia, dengan kasihNya yang besar telah mengaruniakan Anak tunggalNya menjadi korban untuk keselamatan manusia. (Yoh. 3:16)

Karakter Orang Percaya

Sekarang kita tarik dalam kehidupan kita sekarang ini. Kristus telah mati bagi kita, dan kita telah menerimanya. Maka sekarang, apakah kita mau tetap hidup dalam kebobrokan? Ketika kita menerima Kristus menjadi panutan hidup, seketika itu juga Roh Kudus berdiam dalam diri kita. Roh Kuduslah yang akan menuntun kehidupan ini untuk mendapatkan kembali karakter yang menyenangkan hati Tuhan. “Menjadi Seperti Kristus”, inilah yang menjadi tujuan kita sebagai umat ketebusanNya untuk menjadi sama dengan Kristus, berkarakter seperti Dia.

 Membentuk Karakter

Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas mengatasi keterbatasan kondisinya ini membuat kita tidak serta merta jatuh dalam fatalisme akibat  determinasi alam, ataupun terlalu tinggi optimism seolah kodrat alamiah kita tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang kita miliki. Melalui dua hal ini kita diajak untuk mengenali keterbatasan diri, potensi diri serta kemungkinan-kemungkinan bagi perkembangan kita. Untuk itulah model tipologi yang lebih menekankan penerimaan kondisi natural yang dari sononya tidak cocok. Cara-cara ini hanya salah satu cara dalam memandang dan menilai karakter.
Ada perilaku yang bersumber dari karakter seseorang, tapi ada juga perilaku yang bersumber dari temperamennya. Apa bedanya? Temperamen merupakan corak reaksi seseorang ter­hadap berbagai rangsangan yang berasal dari lingkungan dan dari dalam diri sendiri. Temperamen berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, oleh karena itu sulit untuk diubah dan bersifat netral terhadap penilaian baik buruk. Sedangkan karakter berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkah laku seseorang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat. Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu ia dapat berubah. Jika temperamen tidak mengandung implikasi etis, maka karakter justeru selalu menjadi obyek penilaian etis. Terkadang orang memiliki temperamen yang berbeda dengan karakternya. Ada orang yang temperamennya buruk, padahal karakternya baik, atau sebaliknya. Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai kelakuan atau tingkahlaku (behavior). Berkata benar, perkataan dusta, perbuatan kebajikan, perbuatan kejahatan, adalah perbuatan yang bukan hanya bersifat lahir, tetapi mempunyai dasar-dasar di dalam jiwa.  Makna senyuman tidak terletak di bibir tetapi terhunjam di dalam jiwa orang yang tersenyum itu. Demikian pula suatu pukulan tangan , maknanya tidak pada kerasnya pukulan, tetapi pada motif yang terkandung dalam perbuatan memukul itu. Untuk mengetahui makna tingkahlaku seseorang tidak cukup dengan melihat tingkahlaku yang nampak, tetapi harus menganalisis dasar-dasar yang menjadi sumber lahirnya tingkahlaku itu, yaitu jiwanya.

Membentuk karakter bukanlah berasal dari kekuatan, kehendak atau kepintaran kita. Kemampuan ini semata-mata hanya datang dari Roh Kudus. Hal yang harus kita lakukan untuk membentuk karakter adalah:
·         Memercayakan diri sepenuhnya hanya pada pimpinan Roh Kudus
·         Menjadikan Kristus sebagai satu-satunya pribadi yang harus diteladani
·         Menyadari kelemahan diri



Pemaparan di atas memang kurang lengkap dalam menjelakan karakter manusia, namun tentang karakter seseorang, kita hanya dapat menilai apakah orang itu memiliki karakter kuat atau lemah. Apakah ia lebih terdominasi pada kondisi-kondisi yang telah ada dari sononya atau ia menjadi tuan atas kondisi natural yang telah ia terima. Apakah given itu lebih kuat dari willed. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sononya. Sedangkan orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Maka, Orang yang berkarakter adalah  seperti seorang yangmembangun dan merancang masa depan sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhan. Sebaliknya ia menguasai, mengembangkannya memperoleh hidup yang berarti.
Sebagai umat ketebusan, kita dituntut untuk memiliki karakter seperti Kristus. Tetapi, hal itu sulit dijangkau oleh karena keterbatasan sebagai manusia. Sebenarnya itu bukanlah alasan yang tepat, sebab kalau kita akui; kita diciptakan oleh Allah dengan sempurna, dilengkapi dengan akal budi, pertimbangan yang bijak. Firman Tuhan berkata dalam Yes. 59:2 Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”.Jelaslah bahwa dosa kitalah yang menjauhkan kita dari Tuhan, dan jika kita telah jauh dari Tuhan maka kita dekat dengan dunia. Pergaulan kita dengan dunia menjadikan kehilangan karakter. Maka, satu-satunya jalan untuk mendapatkankembali karakter itu adalah kembali kepada Tuhan. Dengan pertolongan Roh Kudus dan dengan kerinduan yang dalam untuk mengubah hidup, maka percayalah karakter duniawi kita akan diubahakan, dan secara progresif akan disempurnakan menuju karakter seperti Kristus.

Hanya orang yang berkarakter yang mampu membuat hidupnya menjadi berarti, karena menyadari betapa pentingnya karakter dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan dalam kehidupan kita dan menegaskan jati diri. Rimangi kembali kata-kata bijak berikut:

“When wealth is lost, a nothing is lost. When health is lost, something is lost.
But, when characteris lost, all is lost.”