Senin, 11 Februari 2013

SATU ALKITAB DUA PERJANJIAN


Pandangan PL

Salah satu aspek PL yang paling penting adalah pengharapannya akan masa depan.

a.        Perkembangan pengharapan masa depan
Pengharapan akan masa depan dapat dilihat dalam beberapa bagian dalam PL, khususnya dalam kitab-kitab pentateukh. Pengharapan itu meliputi harapan berkat-berkat jasmani dan rohani. Sedangkan harapan perubahan radikal baru muncul kemudian. Pengharapan ini didasari oleh karya Allah dalam sejarah Israel di masa lalu pun dimasa yang akan datang.

b.      Eskatologi Para Nabi
Pengharapan akan keselamatan atau yang bersifat eskatologi dalam konteks sempit banyak dibicarakan oleh para nabi pada masa pembuangan. Israel mengenal hari Tuhan, dan berbicara hari Tuhan bangsa Israel mengenalnya sebagai hari dimana Allah campur tangan atas Israel. Dan pengharapan eskatologi utama Israel tertuju pada seorang tokoh yang diutus Allah sebagai pembebas sekaligus raja mereka, dialah Mesias.
c.       Eskatologi Apokaliptik
Tampaknya ada perkembagnan dalam eskatologi Israel menuju apokaliptik, perkembangan ini di latar belakangi oleh kekecewaan yang mendalam dari bangsa itu dimana Mesias yang diharapkan tak kunjung datang.

d.       Pengharapan dan Ketegangan
Hingga berakhirnya masa Perjanjian Lama, pengharapan masih dinantikan disertai ketegangan-ketegangan yang tak terpecahkan. Penulis PL berpendapat bahwa Allah berdaulat atas sejarah dunia namun secara praktis tampaknya tujuan-Nya belum terpenuhi karena terhalang dosa.
Pandangan Perjanjian Baru
Perjanjian Baru yakin bahwa Mesias yang dijanjikan di Perjanjian Lama telah lahir dan umat-Nya akan diperbarui.

a.        Yesus dan PL
Pribadi-pribadi, pranat-pranat, pengalaman-pengalaman Israel pada masa PL dilihat sebagai tipe pribadi dan karya Yesus. Pada satu sisi Yesus menegaskan otoritas PL yang mutlak (Mat. 5:17-20; 22:34-40), pada sisi lain Dia berani mempertajam maupun membatalkan beberapa ketentuan (Mat. 5:21-48; Mrk. 7:14-23). Tetapi menurut saya pendapat ini terlalu ekstrim, sebab Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membatalkan apa yang tertulis di PL melainkan menggenapinya.
b.      Struktur Dasar Teologi Kristen
Menurut Dodd, jemaat Kristen mula-mula mengembangkan suatu metode pemahaman ALkitab yang baru dengan menafsirkan beberapa nats PL sebagai kesaksian tentang KRistus. Bagian-bagian PL ini dan tafsirannya dalam PB mengandung konsep-konsep pokok tentang Kristus yang merupakan struktur dasar teologi Kristen.
c.        
Penafsiran PL oleh PB
Menurut Assler ciri penafsiran PL oleh penulis PB ialah”
·         Mereka memilih orientasi dasar yang sama terhadap Perjanjian Lama dan menyadari bahwa makna peristiwa-peristiwa Injil hanya dimengerti dengan jelas dalam terang PL;
·         Mereka mengakui PL sebagai kesaksian yang meneguhkan kesaksian mereka sendiri;
·         Mereka menegaskan PL sebagai kesaksian yang sudah direncanakan lebih dahulu, suatu janji yang menunjukkan makna teologis peristiwa-peristiwa dalam sejarah keselamatan sebelum peristiwa-peristiwa tersebut terjadi; dan
·         Mereka menafsirkan PL sebagai kesaksian tentang penataan dan penyelamatan Allah dalam sejarah.

d.      Penggenapan dan Pemecahan
Salah satu aspek pokok dari pemberitaan PB ialah bahwa Yesus menggenapi harapan-harapan PL, bahwa dalam PL ada ketegangan-ketegangan yang tak terpecahkan. Dalam buku ini penulis memaparkan masalah, seperti yang terjadi dalam jemaat Kristen mula-mula yaitu ketegangan antara orang Yahudi dan bangsa lain, antara umat Israel dan umat Kristen, masalah peran Yesus sebagai Mesias. Tetapi penulis belum membahas masalah-masalah tersebut lebih mendetail.

KEDUA PERJANJIAN DALAM SEJARAH PENAFSIRAN
Jemaat Mula-mula
Tokoh PB seperti Yesus, Petrus dan Paulus mengandalkan PL sebagai dasar iman mereka dan yang menjadi masalah bagi mereka ialah bagaimana menghubungkan peristiwa-peristiwa baru yang mereka alami dengan peristiwa-peristiwa pada zaman PL. Menurut saya hal ini tak berlaku bagi Yesus, sebab kita percaya bahwa Yesus tahu betul keberadaan-Nya sebagai penggenap PL. Masalah yang muncul dalam jemaat justru sejauh mana PL masih berlaku dan relevan sesudah PB lengkap dan bagaimana hubungan PL dan PB harus dimengerti?
PL dan PB bagi bapa-bapa gereja merupakan satu Alkitab, meskipun kanon belum ditetapkan sepenuhnya. Tetapi tidak bagi Marcion yang berpendapat bahwa tak ada kesinambungan yang radikal antara PL dan PB. Sehingga ia membuang PL dan beberapa bagian dari PB yang tidak sesuai dengan teorinya. Teori Marcion ditolak oleh beberapa ahli Alkitab sperti Irenus, Tertuliannus, Origen, dan Clemens, meskipun beberapa dari beberapa dari mereka ini kerapkali menggunakan tafsiran alegoris. Tokoh lain seperti Theodorus dan Augustinus meyakinkan PL sebagai bagian dari dari Alkitab Kristen. Pandangan mereka disebut sebagai pandangan ortodoks dengan menggunakan pendekatan harfiah dan tipologi.
Abad Pertengahan
Pendekatan-pendekatan yang dipakai oleh ahli-ahli pada masa ini adalah pendekatan harfiah, alegoris, moral dan anagogis. Mereka setuju bahwa PB berkesinambungan dengan PL walaupun mereka juga menganggap bahwa PB masih lebih unggul dari PL.
Reformasi
Luther dan Calvin yang disebut-sebut sebagai tokoh reformasi gereja terlebih suka memakai tafsiran harfiah dan menekankan Kristosentris dalam Alkitab. Hal ini terlihat dari karya-karya mereka yang merupakan tafsiran dan eksposisi. Bahkan aliran reformasi yang lain seperti anabaptis dan dalam konsili trente melihat hubungan antara kedua Perjanjian ialah bahwa kesatuan Alkitab diakui yang dapat dilihat dari rangka janji dan penggenapannya, tetapi hampir tidak ada tempat bagi penelitian lebih lanjut karena penafsiran tradisional harus diterima dan tidak boleh dipertanyakan. Situasi ini tidak banyak berubah hingga pertengahan abad kedua puluh.
Abad ke-17 hingga abad ke-19
Reformasi membangkitkan perhatian yang besar untuk mengkaji ALkitab secara sungguh-sungguh, walupun cara yang benar untuk mengerti hubungan antara kedua perjanjian sama sekali belum tuntas. Kemudian muncullah pertentangan antara penganut konservatif yang mempertahankan pandangan ortodoks dengna pmeikir-pemikir yang lebih progresif. Sejak remorfasi maka banyak pemikiran-pemikiran yang baru lahir. Tak puas dengan cara-cara penafsiran tradisional para ahli pun mengembangkan penelitiannya dengan mengandalkan penelitian bahasa dan sejarah. Bukan hanya itu bahkan lahir inovasi baru seperti Schleiermacher yang berusaha menukar tempat PL dengan PB dengan maksud menunjukkan keutamaan PB.
Dalam perkembangannya, para pakar Alkitab mulai melihat hubungan kedua perjanjian dengan pendekatan-pendekatan yang lebih modern. Adapun pendekatan modern itu adalah:

A.    Perjanjian Baru Sebagai Alkitab yang Hakiki
Pendekatan ini diteliti oleh Rudolf Bultmann, berkebangsaan Jerman yang terkenal pada pertengahan abad kedua puluh. Bultmann tidak menganggap PL sebagai kitab Kristen tetapi ia menerimanya sebagai prasyarat atau praanggapan bagi PB. Bultmann melihat kedua perjanjian dengan cara melihat makna PL bagi iman Kristen kemudian ia membahas tentang “nubuat dan penggenapan”.
Dalam buku ini saya melihat bahwa Bultmann tidak menilai pendekatan itu secara umum, melainkan hanya menunjukkan bahwa pendekatan itu menyangkut hubungan historis antara agama-agama kedua perjanjian dan tidak ada kaitannya dengan hubungan teologis. Kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan yang lebih bersifat teologis dengan mempertanyakan makna PL bagi iman yang meyakini penyataan Allah dalam Yesus Kristus.
Bagi Bultmann PL bukanlah penyataan Allah bagi orang Kristen dalam arti historis dan juga bukan dalam arti eskatologis seperti yang dimengerti dalam PB. PL mengandung suatu pemahaman tentang eksistensi manusia yang bersifat normative bagi kehidupan Kristen, yakni hakikat manusia sebagai ciptaan serta dosanya. Orang yang beriman melihat di dalam PL gambaran eksistensinya sendiri dan menerimanya sebagai firman Allah. Dengan demikian secara tak langsung PL dapat dipandang sebagai penyataan Allah bagi iman Kristen dengan syarat: PL harus digunakan secara harfiah dan hanya sejauh benar-benar menjadi persiapan bagi pemahaman Kristen akan eksistensi manusia.
Mengenai nubuat dan penggenapan, Bultmann melihatnya dalam sudut pandang ramalan, sejarah dan “Perjanjian, kerajaan dan umat Allah.” Berdasarkan penelitian ketiga konsep tersebut, Bultmann mengembangkan pengertian nubuat sebagai kegagalan dan janji. Kegagalan sejarah ini menunjukkan bahwa tidak mungkin mewujudkan perjanjian, kerajaan Allah dan umat Allah di tengah-tengah Israel sebagai persekutuan historis. Maka penggenapan bukanlah hasil perkembangan sejarah tetapi akibat pertemuan dengan anugerah Allah.
Dalam buku ini, penulis memperkenalkan 4 orang ahli lainnya dengan pandangan mereka mengenai hubungan kedua perjanjian. Dan disimpulkan bahwa mereka setuju dengan Bultman yaitu bahwa PB adalah Alkitab hakiki dan PL sedangkan PL hanyalah sebagai prasyaratnya yang bukan Kristen tetapi yang tetap bermanfaat asal dimengerti dalam terang PB. Bahkan seorang diantara keempat ahli tersebut yaitu Emanuel Hirch dengan ekstrim menyingkirkan hubungan kedua perjanjian.

B.     Kedua Perjanjian Sama-sama Kitab Suci Kristen

Pendekatan yang kedua ini bersifat lebih soft dengan menerima kedua perjanjian sebagai Alkitab Kristen. Wilhelm Vischer berpendapat bahwa memang ada  hubungan antar kedua perjanjian, sebab ia melihat bahwa PL juga memberi kesaksian tentang Yesus Kristus yang terang dijelaskan dalam PB. Untuk melihat hubungan keduanya, Vischer menggunakan pendekatan historis dan linguistic yang didasarkan pada metode ilmiah yang kokoh. Tetapi dalam tafsirannya Vischer sering dikritik karena banyak tafsirannya yang masih spekulatif. Dalam karyanya dia berusaha melihat Yesus sebagai Kristus yang dinantikan PL. Jadi PL bukanlah suatu penyataan yang berdiri sendiri melainkan puncaknya berada di luar dirinya, yaitu dalam penyataan Kristus dalam PB.
Selain Vischer, penulis mencantumkan beberapa ahli lain yang juga melihat hubungan kedua perjanjian dengan melihat pribadi Yesus sebagai kunci penyatu kedua perjanjian. Mereka adalah Karl Barth, Edmond Jacob, George A. F. Knife, dan Brevard S. Child.

C.     Perjanjian Lama sebagai Alkitab yang Hakiki

Ini adalah pendekatan oleh Arnold A. van Ruler yang melihat hubungan antara PL dan PB sebagai hubungan prioritas. Berkenaan dengan masalah hubungan antara PL dan PB sebagai kitab suci Kristen dan masalah PL sebagai kitab Israel, Van Ruler tidak memberi opini sebagai usaha penyelesaian kedua masalah tersebut. Tetapi ia menjelaskan bahwa otoritas kedua perjanjian harus diakui dan walaupun PL menjadi penyataan bagi bukan orang-orang Yahudi melalui Yesus Kristus, namun umat Israel tetap ada dan memiliki peranan yang penting dalam sejarah Allah bersama dunia. Melalui pendekatannya, van Ruler menetapkan 5 dalil utama;
·         ada ketidakserasian antara kedua perjanjian;
·         PL memiliki kelebihan dibandingkan dengan PB;
·         Yesus KRistus adalah suatu tindakan darurat dalam sejarah Allah dengan Israel;
·         ajaran tentang penciptaan lebih penting daripada ajaran tentang penyelamatan; dan
·         kerajaan Allah adalah konsep utama PL.

D.    Kedua Perjanjian Sebagai Satu Sejarah Keselamatan

Dan pendekatan modern terakhir ialah mereka yang melihat kedua perjanjian sebagai satu serajah keselamatan. Pendekatan oleh Gerhard von Rad yang melihat hubungan PL dan PB dalam konsep sejarah keselamatan. Menurut von Radd dasar sejarah keselamatan Israel terdapat dalam pengakuan-pengakauan yang mula-mula (Ul. 26:5b-9) dan secara hakiki menyangkut iman dan bukan fakta.  Dalam analisanya von Rad juga menggunakan pendekatan yang mencakup konsep-konsep sejarah tradisi, sejarah keselamatan dan aktualisasi. Dalam pendekatannya von Rad memiliki kelemahan mendasar seperti pandangannya tentang sejrah dan realitas sejarah keselamatan. Selain itu ada dua aspek pendekatan von Rad yang lain yaitu tipologi serta janji dan penggenapan.
Studi banding dalam bab ini, beberapa tokoh yang lain juga sejalan dengan von Rad yang cenderung merumuskan hubungan antara kedua perjanjian itu dengan istilah “perjalanan-perjalanan iman” dan “titik temunya” pada Yesus dari Nazaret.
Itulah ringkas dari keempat pendekatan modern yang dipaparkan dalam buku ini.



Dalam bab selanjutnya penulis menjelaskan mengenai tiga tema kunci yang dapat dipelajari untuk dapat melihat hubungan antar PL dan PB.

A.    Tipologi
Memanfaatkan pendekatan tipologi dalam memahami hubungan teologis antara PL dan PB bergantung seutuhnya pada apa yang dimaksudkan dengan istilah tersebut. Penulis buku menyajikan suatu penelitian semantik, teologis dan hermeneutis tentang dasar dan sifat tipologi. Dasar tipologi yaitu memperhatikan defenisi dari tipologi itu sendiri dalam Alkitab, yaitu “contoh dan teladan”, melihat unsur analogi dan persesuaian, juga ilustrasi.

B.     Janji dan Penggenapan
Janji dan penggenapan adalah tema utama dalam PL dan PB. Hubungan antara kedua perjanjian tidak hanya mengenai pembuktian benar tidaknya ramalan-ramalan, melainkan kita juga dapat melihat bahwa janji yang diberikan Allah kepada para bapa leluhur merupakan landasan bagi eksistensi umat Allah di sepanjang PL dan PB. PL dan PB merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan saling bergantung satu sama lain. 

C.     Beraneka Ragam Tetapi Bersatu
Dalam hubungan PL dan PB ada suatu sejarah yang berkesinambungan yang mengikat keduanya menjadi satu kesatuan. Tidak hanya kesatuan historis, ternyata di dalamnya terdapat suatu kesatuan yang bersifat teologis. Kedua perjanjian mempunyai pemahaman dasar yang serupa tentang Allah, manusia, dunia dan hubungan antar ketiganya tetapi bukan berarti teologi-teologi yang ada dalam kedua perjanjian ini sama saja.

Hubungan Teologis Kedua Perjanjian
Untuk dapat memahami PL dan PB sebagai satu kesatuan maka kita akan melihat konsep yang mengarah kepada suatu pemahaman alkitabiah tentang hubungan teologis keduanya.

A.    Perhatikan bahwa PL dan PB sama-sama merupakan kitab suci Kristen yang berpusat pada Kristus

B.     Adanya hubungan yang progresif berkenaan dengan sejarah keselamatan, peristiwa-peristiwa sejarah keselamatan terus-menerus diaktualisasikan dalam PL dan PB. Tetapi penyelamatan bukan menjadi tujuan akhir karya Allah, sebab kita diciptakan bukan untuk diselamatkan. Tetapi  kita diselamatkan untuk menjadi seperti maksud pencipta kita semula.

C.     Menganalisa adanya unsur tipologi dalam PL, tentunya dengan memperhatikan tipologi yang berkembang dengan mengkaji kembali makna “tupos” yang dapat berarti gambar, contoh, teladan, atau pola.

D.    Rumusan yang tepat untuk melihat korelasi kedua perjanjian adalah rumusan janji dan penggenapan yang memiliki cakupan lebih luas dibanding ‘ramalan dan penggenapan’.

E.     Aspek lainnya adalah adanya kesinambungan dan ketidaksinambungan, artinya Alkitab dicirikan oleh kesatuan dan keanekaragaman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar