Pandangan PL
Salah satu aspek PL yang paling penting adalah pengharapannya akan masa depan.
a.
Perkembangan pengharapan
masa depan
Pengharapan akan masa depan
dapat dilihat dalam beberapa bagian dalam PL, khususnya dalam kitab-kitab
pentateukh. Pengharapan itu meliputi harapan berkat-berkat jasmani dan rohani.
Sedangkan harapan perubahan radikal baru muncul kemudian. Pengharapan ini
didasari oleh karya Allah dalam sejarah Israel di masa lalu pun dimasa yang
akan datang.
b. Eskatologi Para Nabi
Pengharapan akan keselamatan
atau yang bersifat eskatologi dalam konteks sempit banyak dibicarakan oleh para
nabi pada masa pembuangan. Israel mengenal hari Tuhan, dan berbicara hari Tuhan
bangsa Israel mengenalnya sebagai hari dimana Allah campur tangan atas Israel.
Dan pengharapan eskatologi utama Israel tertuju pada seorang tokoh yang diutus
Allah sebagai pembebas sekaligus raja mereka, dialah Mesias.
c.
Eskatologi Apokaliptik
Tampaknya ada perkembagnan dalam
eskatologi Israel menuju apokaliptik, perkembangan ini di latar belakangi oleh
kekecewaan yang mendalam dari bangsa itu dimana Mesias yang diharapkan tak
kunjung datang.
d.
Pengharapan dan Ketegangan
Hingga berakhirnya masa
Perjanjian Lama, pengharapan masih dinantikan disertai ketegangan-ketegangan
yang tak terpecahkan. Penulis PL berpendapat bahwa Allah berdaulat atas sejarah
dunia namun secara praktis tampaknya tujuan-Nya belum terpenuhi karena
terhalang dosa.Pandangan Perjanjian Baru
Perjanjian Baru yakin bahwa Mesias yang dijanjikan di Perjanjian Lama telah lahir dan umat-Nya akan diperbarui.
a.
Yesus dan PL
Pribadi-pribadi, pranat-pranat,
pengalaman-pengalaman Israel pada masa PL dilihat sebagai tipe pribadi dan
karya Yesus. Pada satu sisi Yesus menegaskan otoritas PL yang mutlak (Mat.
5:17-20; 22:34-40), pada sisi lain Dia berani mempertajam maupun membatalkan
beberapa ketentuan (Mat. 5:21-48; Mrk. 7:14-23). Tetapi menurut saya pendapat
ini terlalu ekstrim, sebab Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membatalkan
apa yang tertulis di PL melainkan menggenapinya.
b.
Struktur Dasar Teologi
Kristen
Menurut Dodd, jemaat Kristen
mula-mula mengembangkan suatu metode pemahaman ALkitab yang baru dengan
menafsirkan beberapa nats PL sebagai kesaksian tentang KRistus. Bagian-bagian
PL ini dan tafsirannya dalam PB mengandung konsep-konsep pokok tentang Kristus
yang merupakan struktur dasar teologi Kristen.
c.
Penafsiran PL oleh PB
Menurut Assler ciri penafsiran
PL oleh penulis PB ialah”
· Mereka memilih orientasi dasar yang sama
terhadap Perjanjian Lama dan menyadari bahwa makna peristiwa-peristiwa Injil
hanya dimengerti dengan jelas dalam terang PL;
· Mereka mengakui PL sebagai kesaksian yang
meneguhkan kesaksian mereka sendiri;
· Mereka menegaskan PL sebagai kesaksian
yang sudah direncanakan lebih dahulu, suatu janji yang menunjukkan makna
teologis peristiwa-peristiwa dalam sejarah keselamatan sebelum peristiwa-peristiwa
tersebut terjadi; dan
· Mereka menafsirkan PL sebagai kesaksian
tentang penataan dan penyelamatan Allah dalam sejarah.
d.
Penggenapan dan Pemecahan
Salah satu aspek pokok dari
pemberitaan PB ialah bahwa Yesus menggenapi harapan-harapan PL, bahwa dalam PL
ada ketegangan-ketegangan yang tak terpecahkan. Dalam buku ini penulis
memaparkan masalah, seperti yang terjadi dalam jemaat Kristen mula-mula yaitu
ketegangan antara orang Yahudi dan bangsa lain, antara umat Israel dan umat
Kristen, masalah peran Yesus sebagai Mesias. Tetapi penulis belum membahas
masalah-masalah tersebut lebih mendetail.
KEDUA
PERJANJIAN DALAM SEJARAH PENAFSIRAN
Jemaat Mula-mula
Tokoh
PB seperti Yesus, Petrus dan Paulus mengandalkan PL sebagai dasar iman mereka dan
yang menjadi masalah bagi mereka ialah bagaimana menghubungkan
peristiwa-peristiwa baru yang mereka alami dengan peristiwa-peristiwa pada
zaman PL. Menurut saya hal ini tak berlaku bagi Yesus, sebab kita percaya bahwa
Yesus tahu betul keberadaan-Nya sebagai penggenap PL. Masalah yang muncul dalam
jemaat justru sejauh mana PL masih berlaku dan relevan sesudah PB lengkap dan
bagaimana hubungan PL dan PB harus dimengerti?
PL
dan PB bagi bapa-bapa gereja merupakan satu Alkitab, meskipun kanon belum
ditetapkan sepenuhnya. Tetapi tidak bagi Marcion yang berpendapat bahwa tak ada
kesinambungan yang radikal antara PL dan PB. Sehingga ia membuang PL dan
beberapa bagian dari PB yang tidak sesuai dengan teorinya. Teori Marcion
ditolak oleh beberapa ahli Alkitab sperti Irenus, Tertuliannus, Origen, dan
Clemens, meskipun beberapa dari beberapa dari mereka ini kerapkali menggunakan
tafsiran alegoris. Tokoh lain seperti Theodorus dan Augustinus meyakinkan PL
sebagai bagian dari dari Alkitab Kristen. Pandangan mereka disebut sebagai
pandangan ortodoks dengan menggunakan pendekatan harfiah dan tipologi.
Abad Pertengahan
Pendekatan-pendekatan
yang dipakai oleh ahli-ahli pada masa ini adalah pendekatan harfiah, alegoris, moral
dan anagogis. Mereka setuju bahwa PB berkesinambungan dengan PL walaupun mereka
juga menganggap bahwa PB masih lebih unggul dari PL.
Reformasi
Luther
dan Calvin yang disebut-sebut sebagai tokoh reformasi gereja terlebih suka
memakai tafsiran harfiah dan menekankan Kristosentris dalam Alkitab. Hal ini
terlihat dari karya-karya mereka yang merupakan tafsiran dan eksposisi. Bahkan
aliran reformasi yang lain seperti anabaptis dan dalam konsili trente melihat
hubungan antara kedua Perjanjian ialah bahwa kesatuan Alkitab diakui yang dapat
dilihat dari rangka janji dan penggenapannya, tetapi hampir tidak ada tempat
bagi penelitian lebih lanjut karena penafsiran tradisional harus diterima dan
tidak boleh dipertanyakan. Situasi ini tidak banyak berubah hingga pertengahan
abad kedua puluh.
Abad ke-17 hingga abad ke-19
Reformasi
membangkitkan perhatian yang besar untuk mengkaji ALkitab secara
sungguh-sungguh, walupun cara yang benar untuk mengerti hubungan antara kedua
perjanjian sama sekali belum tuntas. Kemudian muncullah pertentangan antara
penganut konservatif yang mempertahankan pandangan ortodoks dengna
pmeikir-pemikir yang lebih progresif. Sejak remorfasi maka banyak
pemikiran-pemikiran yang baru lahir. Tak puas dengan cara-cara penafsiran
tradisional para ahli pun mengembangkan penelitiannya dengan mengandalkan
penelitian bahasa dan sejarah. Bukan hanya itu bahkan lahir inovasi baru
seperti Schleiermacher yang berusaha menukar tempat PL dengan PB dengan maksud
menunjukkan keutamaan PB.
Dalam
perkembangannya, para pakar Alkitab mulai melihat hubungan kedua perjanjian
dengan pendekatan-pendekatan yang lebih modern. Adapun pendekatan modern itu
adalah:
A.
Perjanjian Baru Sebagai
Alkitab yang Hakiki
Pendekatan
ini diteliti oleh Rudolf Bultmann, berkebangsaan Jerman yang terkenal pada
pertengahan abad kedua puluh. Bultmann tidak menganggap PL sebagai kitab
Kristen tetapi ia menerimanya sebagai prasyarat atau praanggapan bagi PB.
Bultmann melihat kedua perjanjian dengan cara melihat makna PL bagi iman
Kristen kemudian ia membahas tentang “nubuat dan penggenapan”.
Dalam
buku ini saya melihat bahwa Bultmann tidak menilai pendekatan itu secara umum,
melainkan hanya menunjukkan bahwa pendekatan itu menyangkut hubungan historis
antara agama-agama kedua perjanjian dan tidak ada kaitannya dengan hubungan
teologis. Kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan yang lebih bersifat
teologis dengan mempertanyakan makna PL bagi iman yang meyakini penyataan Allah
dalam Yesus Kristus.
Bagi
Bultmann PL bukanlah penyataan Allah bagi orang Kristen dalam arti historis dan
juga bukan dalam arti eskatologis seperti yang dimengerti dalam PB. PL
mengandung suatu pemahaman tentang eksistensi manusia yang bersifat normative
bagi kehidupan Kristen, yakni hakikat manusia sebagai ciptaan serta dosanya.
Orang yang beriman melihat di dalam PL gambaran eksistensinya sendiri dan
menerimanya sebagai firman Allah. Dengan demikian secara tak langsung PL dapat
dipandang sebagai penyataan Allah bagi iman Kristen dengan syarat: PL harus
digunakan secara harfiah dan hanya sejauh benar-benar menjadi persiapan bagi
pemahaman Kristen akan eksistensi manusia.
Mengenai
nubuat dan penggenapan, Bultmann melihatnya dalam sudut pandang ramalan,
sejarah dan “Perjanjian, kerajaan dan umat Allah.” Berdasarkan penelitian
ketiga konsep tersebut, Bultmann mengembangkan pengertian nubuat sebagai
kegagalan dan janji. Kegagalan sejarah ini menunjukkan bahwa tidak mungkin
mewujudkan perjanjian, kerajaan Allah dan umat Allah di tengah-tengah Israel
sebagai persekutuan historis. Maka penggenapan bukanlah hasil perkembangan
sejarah tetapi akibat pertemuan dengan anugerah Allah.
Dalam
buku ini, penulis memperkenalkan 4 orang ahli lainnya dengan pandangan mereka
mengenai hubungan kedua perjanjian. Dan disimpulkan bahwa mereka setuju dengan
Bultman yaitu bahwa PB adalah Alkitab hakiki dan PL sedangkan PL hanyalah
sebagai prasyaratnya yang bukan Kristen tetapi yang tetap bermanfaat asal
dimengerti dalam terang PB. Bahkan seorang diantara keempat ahli tersebut yaitu
Emanuel Hirch dengan ekstrim menyingkirkan hubungan kedua perjanjian.
B.
Kedua Perjanjian Sama-sama
Kitab Suci Kristen
Pendekatan
yang kedua ini bersifat lebih soft dengan menerima kedua perjanjian sebagai
Alkitab Kristen. Wilhelm Vischer berpendapat bahwa memang ada hubungan
antar kedua perjanjian, sebab ia melihat bahwa PL juga memberi kesaksian
tentang Yesus Kristus yang terang dijelaskan dalam PB. Untuk melihat hubungan
keduanya, Vischer menggunakan pendekatan historis dan linguistic yang
didasarkan pada metode ilmiah yang kokoh. Tetapi dalam tafsirannya Vischer
sering dikritik karena banyak tafsirannya yang masih spekulatif. Dalam karyanya
dia berusaha melihat Yesus sebagai Kristus yang dinantikan PL. Jadi PL bukanlah
suatu penyataan yang berdiri sendiri melainkan puncaknya berada di luar
dirinya, yaitu dalam penyataan Kristus dalam PB.
Selain
Vischer, penulis mencantumkan beberapa ahli lain yang juga melihat hubungan
kedua perjanjian dengan melihat pribadi Yesus sebagai kunci penyatu kedua
perjanjian. Mereka adalah Karl Barth, Edmond Jacob, George A. F. Knife, dan
Brevard S. Child.
C.
Perjanjian Lama sebagai
Alkitab yang Hakiki
Ini
adalah pendekatan oleh Arnold A. van Ruler yang melihat hubungan antara PL dan
PB sebagai hubungan prioritas. Berkenaan dengan masalah hubungan antara PL dan
PB sebagai kitab suci Kristen dan masalah PL sebagai kitab Israel, Van Ruler
tidak memberi opini sebagai usaha penyelesaian kedua masalah tersebut. Tetapi
ia menjelaskan bahwa otoritas kedua perjanjian harus diakui dan walaupun PL menjadi
penyataan bagi bukan orang-orang Yahudi melalui Yesus Kristus, namun umat
Israel tetap ada dan memiliki peranan yang penting dalam sejarah Allah bersama
dunia. Melalui pendekatannya, van Ruler menetapkan 5 dalil utama;
·
ada ketidakserasian antara
kedua perjanjian;
·
PL memiliki kelebihan
dibandingkan dengan PB;
·
Yesus KRistus adalah suatu
tindakan darurat dalam sejarah Allah dengan Israel;
·
ajaran tentang penciptaan
lebih penting daripada ajaran tentang penyelamatan; dan
·
kerajaan Allah adalah konsep
utama PL.
D.
Kedua Perjanjian Sebagai
Satu Sejarah Keselamatan
Dan pendekatan modern terakhir ialah mereka yang melihat
kedua perjanjian sebagai satu serajah keselamatan. Pendekatan oleh Gerhard von
Rad yang melihat hubungan PL dan PB dalam konsep sejarah keselamatan. Menurut von
Radd dasar sejarah keselamatan Israel terdapat dalam pengakuan-pengakauan yang
mula-mula (Ul. 26:5b-9) dan secara hakiki menyangkut iman dan bukan
fakta. Dalam analisanya von Rad juga menggunakan pendekatan yang mencakup
konsep-konsep sejarah tradisi, sejarah keselamatan dan aktualisasi. Dalam
pendekatannya von Rad memiliki kelemahan mendasar seperti pandangannya tentang
sejrah dan realitas sejarah keselamatan. Selain itu ada dua aspek pendekatan
von Rad yang lain yaitu tipologi serta janji dan penggenapan.
Studi banding dalam
bab ini, beberapa tokoh yang lain juga sejalan dengan von Rad yang cenderung
merumuskan hubungan antara kedua perjanjian itu dengan istilah
“perjalanan-perjalanan iman” dan “titik temunya” pada Yesus dari Nazaret.
Itulah ringkas dari keempat pendekatan modern yang
dipaparkan dalam buku ini.
Dalam bab selanjutnya penulis menjelaskan mengenai tiga
tema kunci yang dapat dipelajari untuk dapat melihat hubungan antar PL dan PB.
A. Tipologi
Memanfaatkan pendekatan tipologi dalam memahami hubungan
teologis antara PL dan PB bergantung seutuhnya pada apa yang dimaksudkan dengan
istilah tersebut. Penulis buku menyajikan suatu penelitian semantik, teologis
dan hermeneutis tentang dasar dan sifat tipologi. Dasar tipologi yaitu
memperhatikan defenisi dari tipologi itu sendiri dalam Alkitab, yaitu “contoh
dan teladan”, melihat unsur analogi dan persesuaian, juga ilustrasi.
B. Janji dan Penggenapan
Janji dan penggenapan adalah tema utama dalam PL dan PB.
Hubungan antara kedua perjanjian tidak hanya mengenai pembuktian benar tidaknya
ramalan-ramalan, melainkan kita juga dapat melihat bahwa janji yang diberikan
Allah kepada para bapa leluhur merupakan landasan bagi eksistensi umat Allah di
sepanjang PL dan PB. PL dan PB merupakan satu kesatuan, saling berkaitan dan
saling bergantung satu sama lain.
C. Beraneka Ragam
Tetapi Bersatu
Dalam hubungan PL dan PB ada suatu sejarah yang
berkesinambungan yang mengikat keduanya menjadi satu kesatuan. Tidak hanya
kesatuan historis, ternyata di dalamnya terdapat suatu kesatuan yang bersifat
teologis. Kedua perjanjian mempunyai pemahaman dasar yang serupa tentang Allah,
manusia, dunia dan hubungan antar ketiganya tetapi bukan berarti
teologi-teologi yang ada dalam kedua perjanjian ini sama saja.
Hubungan Teologis Kedua Perjanjian
Untuk dapat memahami PL dan PB sebagai satu kesatuan maka
kita akan melihat konsep yang mengarah kepada suatu pemahaman alkitabiah
tentang hubungan teologis keduanya.
A. Perhatikan bahwa PL dan PB sama-sama
merupakan kitab suci Kristen yang berpusat pada Kristus
B. Adanya hubungan yang
progresif berkenaan dengan sejarah keselamatan, peristiwa-peristiwa sejarah
keselamatan terus-menerus diaktualisasikan dalam PL dan PB. Tetapi penyelamatan
bukan menjadi tujuan akhir karya Allah, sebab kita diciptakan bukan untuk
diselamatkan. Tetapi kita diselamatkan untuk menjadi seperti maksud pencipta
kita semula.
C. Menganalisa adanya
unsur tipologi dalam PL, tentunya dengan memperhatikan tipologi yang berkembang
dengan mengkaji kembali makna “tupos” yang dapat berarti gambar, contoh,
teladan, atau pola.
D. Rumusan yang tepat untuk melihat korelasi
kedua perjanjian adalah rumusan janji dan penggenapan yang memiliki cakupan
lebih luas dibanding ‘ramalan dan penggenapan’.
E. Aspek lainnya adalah
adanya kesinambungan dan ketidaksinambungan, artinya Alkitab dicirikan oleh
kesatuan dan keanekaragaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar